Studi Komparatif Model Kemitraan Universitas dan Industri dalam Program Pengabdian untuk Hilirisasi Riset
DOI:
https://doi.org/10.55681/swarna.v4i2.1728Keywords:
Hilirisasi Riset, Kemitraan Universitas-Industri, Pengabdian Masyarakat, Model Trpile Helix, Inovasi, Studi Komparatif, Lembah KematianAbstract
Hilirisasi riset, yaitu proses transformasi hasil penelitian menjadi produk atau kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat, merupakan bentuk Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang paling berdampak. Namun, di Indonesia, banyak inovasi dari perguruan tinggi gagal melewati "lembah kematian" (valley of death), yakni jurang antara prototipe riset dan komersialisasi. Kunci untuk menjembatani jurang ini terletak pada efektivitas model kemitraan universitas-industri (University-Industry Partnership/UIP). Artikel pengabdian konseptual ini bertujuan untuk melakukan studi komparatif kualitatif terhadap model-model UIP untuk hilirisasi riset di tiga negara dengan konteks berbeda: Jerman, Jepang, dan Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan studi literatur berbasis data sekunder dari dokumen kebijakan, laporan institusional, dan publikasi ilmiah, penelitian ini membandingkan ketiga model berdasarkan lima dimensi kunci: aktor pendorong, skema pendanaan, struktur kelembagaan, fokus orientasi, dan peran pemerintah. Hasil analisis menunjukkan perbedaan fundamental: Model Jerman dicirikan oleh peran sentral lembaga perantara riset terapan (seperti Fraunhofer) yang terlembaga kuat. Model Jepang digerakkan oleh permintaan industri jangka panjang dalam ekosistem bisnis yang terintegrasi (seperti Keiretsu). Sementara itu, Model Indonesia saat ini sebagian besar masih didorong oleh stimulus kebijakan pemerintah (bersifat government-push) melalui skema seperti Kedaireka dan Matching Fund, dengan keterlibatan industri yang masih bersifat ad-hoc dan jangka pendek. Studi ini menyimpulkan bahwa Indonesia tidak dapat mengadopsi satu model secara utuh, melainkan perlu merancang model hibrida. Rekomendasi strategis difokuskan pada penguatan lembaga perantara dan pergeseran insentif dari yang berbasis proyek menjadi berbasis kemitraan jangka panjang untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan.
Downloads
References
Beise, M., & Spielkamp, A. (2015). The Fraunhofer model: A German success story for applied research. CESifo Forum, 16(2), 43-51.
BRIN. (2024). Peta Jalan Hilirisasi Riset dan Inovasi Indonesia 2025-2045. Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Etzkowitz, H., & Leydesdorff, L. (2000). The dynamics of innovation: from National Systems and “Mode 2” to a Triple Helix of university–industry–government relations. Research Policy, 29(2), 109-123.
Kemendikbudristek. (2023). Laporan Tahunan Program Matching Fund Kedaireka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Markham, S. K. (2002). The Valley of Death as a Chasm: A new model for managing the product development process. Journal of Product Innovation Management, 19(3), 156-164.
Odagiri, H., & Goto, A. (1993). The Japanese system of innovation: past, present, and future. In R. R. Nelson (Ed.), National innovation systems: a comparative analysis (pp. 76-114). Oxford University Press.
Ragin, C. C. (1987). The Comparative Method: Moving Beyond Qualitative and Quantitative Strategies. University of California Press.
Sato, Y. (2023). University-Industry Collaboration in Japan's New Innovation Landscape. Tokyo University Press.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Andika Salsabilah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.








